Gelombang Panas Landa Wilayah Asia, Bagaimana Indonesia?
Sejumlah negara yang berada di wilayah Asia Tenggara (ASEAN) mengalami cuaca ekstrem Heat Wave atau gelombang panas. Negara yang mengalaminya kebanyakan yang berada di dekat garis khatulistiwa. Tercatat, suhu di negara-negara itu mencapai 40 derajat celcius.
Pihak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebelumnya sudah menyampaikan informasi mengenai bahaya dari gelombang panas di sejumlah negara yang berpotensi terdampak. Menurut PBB, gelombang panas ini terjadi sebagai akibat atas terjadinya pemanasan global atau Global Warming serta perubahan iklim ekstrem yang selama ini telah menghantui wilayah negara-negara di Asia.
Informasi bahaya gelombang panas tersebut disampaikan PBB lewat salah satu lembaganya, yaitu Badan Meteorologi Dunia (WMO), di mana laporan itu berjudul State of the Climate in Asia 2023, Rabu (1/5).
Lebih lanjut, dalam laporannya WMO melakukan penelitian dan analisa mengenai sejumlah bencana yang telah terjadi di tahun 2023. Kemudian dari data bencana yang terjadi, diperdalam lagi untuk menemukan laju percepatan indikator perubahan iklim utama.
Di antaranya seperti memantau suhu permukaan, kasus pencairan gletser, serta naiknya permukaan air laut. Di mana juga diperhitungkan mengenai dampaknya kepada masyarakat, perekonomian serta ekosistem yang ada di kawasan terdampak.
Menurut WMO, wilayah Asia masih menjadi wilayah yang paling sering dilanda bencana alam yang disebabkan oleh cuaca dan iklim yang ekstrem. Tercatat, wilayah Asia mengalami tingkat pemanasan global yang lajunya lebih cepat dibandingkan dengan rata-rata wilayah di dunia secara global. Tren-nya pun diketahui mengalami peningkatan sampai dengan dua kali lipat, terhitung sejak tahun 1961 sampai dengan 1990.
“Dari laporan itu bisa diambil kesimpulan bahwa apa yang terjadi telah menyadarkan kita,” tutur Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo lewat keterangan resminya, mengutip dari CNBC Indonesia.
Adapun negara Myanmar merupakan negara yang paling mendapatkan dampak buruk atas gelombang panas di wilayah ASEAN. Tercatat, Myanmar dilaporkan suhunya mencapai 48,2 derajat celcius pada akhir bulan lalu.
Suhu yang sangat tinggi itu terjadi di kota Chauk, Magway, Myanmar. Kantor cuaca negara Myanmar menjelaskan jika suhu itu adalah yang paling tinggi, sejak dilakukannya proses pencatatan pada 56 tahun yang lalu.
Di hari yang sama, suhu udara dengan panas 40 derajat celcius terjadi di pusat komersial Yangon, dan kemudian suhu panas 44 derajat celcius terjadi kota Mandalay.
Sementara itu di Filipina pada tanggal 23 April lalu, suhu udaranya sempat menyentuh 47 derajat celcius. Kondisi itu pun mengganggu aktivitas warga, bahkan kegiatan belajar mengajar pun sampai harus dilakukan secara daring.
“Cuacanya sangat panas, bahkan terpanas, sampai kita banyak yang tidak bisa bernafas. Mengejutkannya lagi, sejumlah fasilitas kolam renang masih sepi dari pengunjung. Tentu kita tidak bisa orang-orang kemudian datang dan berenang, sebab mereka sendiri pun enggan keluar rumah lantaran cuaca panas tadi,” ujar Tumaron.
Gelombang Panas di Indonesia
Di Indonesia sendiri, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memaparkan jika suhu udara rata-rata di wilayah Indonesia, paling tinggi adalah 36,5 derajat celcius.
Salah satu wilayah dengan suhu udara sepanas itu terjadi di Medan, Sumatera Utara pada 21 April lalu, dengan suhu maksimal tercatat sampai 37,0 derajat celcius. Kemudian juga di Saumlaki, Maluku, di mana suhu tertinggi adalah 37,8 derajat celcius.
Meski demikian, BMKG menegaskan jika suhu panas yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia bukan merupakan Heat Wave, sebab karakteristiknya memiliki perbedaan.
Yang terjadi di Indonesia bukanlah gelombang panas, melainkan kondisi yang dipicu oleh faktor pemanasan permukaan biasa, yang disebabkan oleh siklus gerak semu matahari, dan berulang setiap tahunnya.
Apa Reaksi Kamu?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow