Luhut Minta Yang Suka Kritik Pemerintah Keluar Dari Indonesia
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengaku dirinya sangat kesal dengan mereka yang kerap melontarkan kritik kepada pemerintahan Presiden Joko Widodo. Bahkan Luhut minta pengkritik pemerintah keluar dari Indonesia.
Dalam pandangan Luhut, di bawah pimpinan Presiden Jokowi, Indonesia justru mendapatkan banyak pujian dan apresiasi dari berbagai negara di dunia. Beberapa bahkan sampai mencontoh apa yang dilakukan pemerintahan Presiden Jokowi.
Pernyataan itu disampaikan Luhut ketika memberikan pidato dalam acara Business Matching 2024. Dalam kesempatan itu Luhut juga menegaskan jika banyak sekali program pemerintahan Presiden Jokowi yang bagus, dan harus bisa dilanjutkan oleh pemerintahan berikutnya.
“Ini program e-Katalog tidak boleh sampai berhenti. Kita masih terus melakukan perbaikan di sana-sini. Kalau sempurna memang masih belum lah. Kalau sempurna itu namanya di surga. Siapa yang mau ke surga, silahkan saja duluan,” tutur Luhut dalam pidatonya, mengutip dari Suara.
Dirinya pun menyebut Kenya sebagai salah satu negara yang meniru program e-Katalog yang dibuat oleh pemerintahan Presiden Jokowi.
Oleh karena itu, Luhut pun merasa marah kepada mereka yang mengkritik pemerintah, terlebih kritikan yang diberikan itu bernada negatif, bukan kritikan yang membangun.
“Kita kritik bangsa kita, namun harus kritik yang membangun. Jangan mengkritik seakan-akan semuanya jelek. Kalau jelek, pindah saja kau dari Indonesia,” tegas Luhut sembari mengeluarkan nada yang tinggi.
Tidak hanya meminta pengkritik meninggalkan Indonesia, Luhut juga sempat menyindir salah satu mantan pejabat yang ikut-ikutan memberi kritik. Tetapi ketika orang itu menjabat, tidak melakukan apapun demi kemajuan daerah yang dipimpin.
“Aku tanya juga. Dulu waktu dia menjabat kerjanya apa? Tidak jelas juga. Kan sekarang jejak digital kamu kelihatan. Jangan sombong lah kau bicara kritik-kritik. You’ve done nothing. Mungkin pas sedang menjabat, kau juga mencuri,” lanjut Luhut.
Para pejabat, menurut Luhut, seharusnya mampu memberikan contoh yang baik kepada masyarakat, seperti yang telah dilakukan oleh Presiden Jokowi.
Harusnya Dijadikan Pembelajaran
Beberapa pihak mengait-ngaitkan sindiran Luhut tersebut kepada mantan Gubernur DKI Jakarta yang juga calon presiden (Capres) nomor urut 1 Anies Baswedan. Saat dimintai keterangannya, Anies pun merespon.
Menurut Anies, seharusnya kritik dijadikan sebagai sebuah pembelajaran dan momentum untuk memberikan penjelasan kepada publik. Dia juga menyinggung pentingnya prinsip demokrasi dalam bernegara, di mana salah satunya adalah kebebasan untuk menyampaikan pendapat.
Ada tiga prinsip dalam demokrasi yang disebutkan oleh Anies. Pertama yakni kebebasan berbicara, utamanya dalam hal memberikan kritik kepada pemerintah. Kedua yakni Pemilihan Umum (Pemilu) yang dapat berlangsung dengan adil, jujur dan bebas. Ketiga yaitu memberikan ruang bagi pihak oposisi pemerintah.
“Jadi memang biar segalanya bersifat seimbang. Nah saya melihatnya itu (kritik) bagian dari prinsip dasar demokrasi,” ujar Anies saat ditemui wartawan Viva di Depok, Jumat (15/3).
Dia lantas menceritakan pengalaman yang pernah dia rasakan ketika masih berada di pemerintah. Saat kritik berdatangan, dia selalu menjadikan sebagai sebuah pembelajaran. Pasalnya, dengan adanya kritik, bisa dijadikan sebagai bahan untuk memberikan jawaban dan penjelasan yang disampaikan harus mampu dimengerti oleh publik.
“Seperti saat ini saya yang sedang ditanyai oleh wartawan. Itu adalah bahan bagi saya untuk memberikan jawaban, menjelaskan. Sehingga publik nanti akan banyak yang mendengar mengenai seperti apa kebijakan pemerintah, penjelasannya lebih lengkap. Dengan apa? Tentu dengan komentar, kritik, pertanyaan dan lainnya. Di situlah letak pentingnya prinsip demokrasi itu memiliki kebebasan berbicara,” pungkas Anies.
Apa Reaksi Kamu?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow