ads
Harimau Jawa Belum Punah

Harimau Jawa Belum Punah

Smallest Font
Largest Font
Table of Contents

Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berhasil mengungkap tanda-tanda kehidupan dari spesies hewan Harimau Jawa atau Tigris Sondaica. Perlu diketahui, bahwa spesies harimau ini sebelumnya telah dinyatakan punah. 

Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Wirdateti menjelaskan jika temuan tersebut berasal dari sehelai rambut yang ditemukan di pagar kebun salah seorang warga yang tinggal di Desa Cipeundeuy, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Setelah diteliti dengan seksama, dari DNA pada sehelai rambut itu merupakan milik Harimau Jawa. 

“Rambut itu ditemukan oleh Kalih Reksasewu, dari laporan Ripi Yanuar Fajar yang sebelumnya ketika berjalan berpapasan dengan seekor hewan yang mirip dengan Harimau Jawa yang disebut telah punah. Itu terjadi pada 19 Agustus 2019 silam,” tutur Wirdateti dalam keterangan pers BRIN. 

Adapun temuan tersebut telah diterbitkan lewat jurnal Onyx, terbitan oleh Cambridge University Press dengan judul ‘Is The Javan Tiger Panthera Tigris Sondaica Extent? DNA Analysis of recent hair sample’, yang rilis pada tanggal 21 Maret 2024. 

Berangkat dari sejumlah penelitian dan analisis DNA dari sehelai rambut itu, Wirdateti bersama dengan tim akhirnya menyimpulkan jika sampel rambut itu merupakan milik spesies Panthera Tigris Sondaica. Ini disebut-sebut dalam kelompok yang sama, dengan spesimen Harimau Jawa koleksi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) di tahun 1930. 

Tidak hanya sampel rambut, di lokasi juga ditemukan bekas cakaran mirip dengan cakaran telapak harimau. Temuan cakaran ini semakin menguatkan penelitian tersebut untuk dilakukan. 

Dalam proses identifikasi awal, Wirdateti bersama tim melakukan perbandingan sampel rambut di Sukabumi Selatan itu, dengan sampel milik koleksi MZB. Lalu juga diperbandingkan dengan beberapa subspesies harimau lainnya, seperti Bengal, Amur, Sumatera dan Macan Tutul Jawa. 

Hasilnya, perbandingan sampel rambut itu menunjukkan tingkat kemiripan mencapai 97,06% dengan Harimau Sumatera. Kemudian 96,87% dengan Harimau Benggala dan 98,23% dengan Harimau Jawa koleksi MZB. 

Dari hasil studi pohon filogenetik juga menunjukkan sampel rambut tersebut dengan koleksi MZB, ada di kelompok yang sama. Akan tetapi, terpisah dari kelompok subspesies harimau lainnya. 

Guna memperkuat proses observasi, Wirdateti dan tim juga mewawancarai Ripi yang secara langsung melihat keberadaan harimau itu. Adapun wawancara itu dilakukan ketika proses survei di bulan Juni 2022 silam. 

Analisis genetik DNA mempunyai tingkat sensitivitas yang dibutuhkan, guna menjawab pertanyaan konservasi dan mengklarifikasi ketidakpastian taksonomi. Selanjutnya, dilakuakn rekonstruksi filogeografi serta demografi guna menyelidiki asal-usul dan nenek moyang genetik subspesies tersebut. 

Protokol yang digunakan untuk meneliti DNA juga telah dimodifikasi sedemikian rupa dengan menambahkan proteinase. Pasalnya, dalam sampel diketahui memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. 

Sejak tahun 1980-an, Harimau Jawa sudah dinyatakan punah serta masuk dalam daftar merah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Harimau Jawa terakhir kali terlihat pada tahun 1976, di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur. 

Yakin Belum Punah

Hasil penelitian oleh tim BRIN, dinilai bukan sesuatu yang mengejutkan oleh Direktur Peduli Karnivor Jawa (PKJ) Didik Raharyono. Pasalnya, dia pernah memiliki sampel spesimen yang sejenis, dan kemudian diminta oleh pihak BRIN. 

Apa yang dilakukan Didik dengan Harimau Jawa sudah lebih jauh di depan, daripada sekedar untuk membuktikan ada atau tidaknya hewan tersebut. Yang dilakukan Didik saat ini adalah menemukan strategi dan langkah yang pas, supaya masyarakat bisa menerima kehadiran hewan itu. 

“Pembuktian pencarian Harimau Jawa bagi saya sudah selesai. Fotonya pada tahun 2018 silam, sudah kita presentasikan ke Pak Dirjen KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Yang difoto warga itu dan selanjutnya dipersiapkan penerimaan kebudayaan, bagaimana masyarakat Jawa sekarang ini untuk bisa menerima kehadiran warga yang dianggap karnivora,” terang Didik kepada wartawan Detik. 

Dari sejumlah video yang diunggah Didik, memang ada sejumlah diskusi mengenai keberadaan Harimau Jawa. Topiknya mulai dari penemuan jejak, sampai dengan keterangan langsung dari narasumber. 

“Jadi saya yakin Harimau Jawa belum punah sejak tahun 2006. Ketika saya bertemu dengan para saksi yang menurut saya sangat penting, di tahun tersebut. Bahkan di Kompas saya pernah tulis tahun 2003, bagaimana pembuktian ilmiah yang menuntut foto kita dengan masyarakat itu menemukan tanda kehadiran. Baik itu jejak, kotoran dan juga rambut,” tutur Didik.

Terkait dengan hasil penelitian BRIN, Didik pun membenarkan dan apa yang dituliskan bersumber dari spesimen utuh tanpa awetan. 

Tim Editor
Daisy Floren

Apa Reaksi Kamu?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow
ads

Paling Banyak Dilihat

ads
ads